JAKARTA | Harianesia.com – Minyak jelantah atau yang dikenal sebagai Used Cooking Oil (UCO) kini bukan sekadar limbah rumah tangga. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memanfaatkan potensi besar UCO sebagai bahan baku dalam produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF), sebuah inovasi bahan bakar ramah lingkungan untuk sektor penerbangan.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris KPI, Hermansyah Y Nasroen, program ini sebagai langkah strategis. Adapun kilang Cilacap melibatkan masyarakat dalam program pengumpulan minyak jelantah melalui inisiatif sosial Beo Asri. Program unggulan ini merupakan bagian dari upaya Pertamina mendukung kelestarian lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi warga lokal.
“Program Beo Asri kami fokuskan pada pengelolaan minyak jelantah berbasis bank sampah. Dengan melibatkan 2.978 kepala keluarga di 10 RW Kelurahan Tegalreja, kami mengintegrasikan pengelolaan limbah rumah tangga secara sistematis untuk menciptakan manfaat berkelanjutan,” ungkap Hermansyah Y Nasroen, Corporate Secretary KPI, (20/1/2025).
Dengan cermat Hermansyah menjelaskan, program ini memberikan dampak positif pada lingkungan dengan mengurangi pencemaran akibat pembuangan minyak jelantah yang tidak terkontrol. Saat ini, rata-rata 200 liter minyak jelantah berhasil dikumpulkan setiap bulan dari masyarakat sekitar.
“Pengumpulan ini tidak hanya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada upaya keberlanjutan. Kami berharap langkah ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk mendukung pengelolaan limbah yang bertanggung jawab,” tambah Hermansyah.
Sementara itu, KPI juga melihat potensi besar untuk memperluas jaringan pengumpulan minyak jelantah melalui kolaborasi dengan 40 bank sampah di Cilacap. Dengan pendekatan ini, KPI menargetkan pengumpulan minyak jelantah hingga satu ton setiap bulan.
Mengenai nilai positif terhadap sosialnya, selain dampak lingkungan, program ini telah memberikan manfaat ekonomi signifikan bagi masyarakat yang terlibat. Hermansyah menyebutkan, selama tahun 2024, terjadi peningkatan pendapatan di komunitas binaan berkat penjualan minyak jelantah yang dikelola secara profesional.
“Program ini membuktikan bahwa limbah rumah tangga dapat menjadi peluang bisnis dan sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat. Kami akan terus memperluas cakupan program agar semakin banyak pihak yang merasakan manfaatnya,” jelasnya dengan semangat.
Sebagai anak perusahaan Pertamina yang bergerak di sektor pengolahan minyak dan petrokimia, KPI berkomitmen untuk menjalankan bisnis sesuai prinsip ESG (Environment, Social & Governance). Dengan keanggotaan dalam United Nations Global Compact (UNGC), KPI terus mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam operasionalnya.
“Kami percaya bahwa keberlanjutan adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau. Melalui program-program seperti Beo Asri, kami ingin menunjukkan bahwa kolaborasi dengan masyarakat adalah kekuatan utama dalam menjaga lingkungan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal,” tutup Hermansyah.
Dengan semangat inovasi dan keberlanjutan, Pertamina terus berupaya menjadi pelopor di industri energi yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan, sekaligus mendorong transformasi ekonomi masyarakat menuju masa depan yang lebih baik. (Roni)