Scroll untuk baca artikel
Banner Iklan Harianesia 325x300
Banner Iklan Harianesia floating
Banner Iklan Harianesia floating
Banner Iklan Harianesia 728x250
Politik

Menakar Kekuatan Politik Antara Jokowi dan Perlawanan Rakyat Melalui Masyarakat Sipil

155
×

Menakar Kekuatan Politik Antara Jokowi dan Perlawanan Rakyat Melalui Masyarakat Sipil

Sebarkan artikel ini
Menakar Kekuatan Politik Antara Jokowi dan Perlawanan Rakyat Melalui Masyarakat Sipil
Menakar Kekuatan Politik Antara Jokowi dan Perlawanan Rakyat Melalui Masyarakat Sipil
Banner Iklan Harianesia 468x60

Jakarta, 26 November 2024 – Harianesia Pada Pemilu 2024, rakyat yang menyadari dugaan manipulasi politik oleh Presiden Jokowi melakukan perlawanan besar-besaran. Meski begitu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), tanpa kehadiran Jokowi sebagai figur sentral, tetap berhasil memenangkan Pemilu untuk ketiga kalinya secara berturut-turut.

Fakta politik ini menunjukkan bahwa kedaulatan sejatinya berada di tangan rakyat. Tanpa dukungan rakyat, Jokowi disebut turun pamor dari Presiden dua periode menjadi sekadar “makelar” Pilkada.

Banner Iklan Harianesia 300x600

Bagi yang meragukan analisis ini, mari lihat Pilkada di beberapa wilayah strategis seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara. Di daerah-daerah ini, calon dari PDIP (Pramono Anung, Andika Perkasa, Tri Rismaharini, dan Edy Rahmayadi) akan menghadapi koalisi besar dari partai-partai yang dikomandani Jokowi.

Baca Juga :  Abdul Hamim Jauzie Ketua LBH Keadilan : Gelombang PHK, serta Melemahnya Rupiah Ancam Hak Asasi Manusia

Jika nantinya Pramono Anung, Andika Perkasa, Tri Rismaharini, dan Edy Rahmayadi hanya menang tipis, itu bisa menjadi tanda bahwa pengaruh Jokowi telah melemah akibat tekanan dari kekuatan rakyat dan gerakan masyarakat sipil. Namun, jika mereka unggul secara signifikan, hal ini dapat dianggap sebagai indikasi bahwa citra Jokowi telah memburuk hingga menjadi simbol kegagalan politik di mata rakyat.

Baca Juga :  Menkumham Resmikan POLTEKPIN: Langkah Strategis untuk Meningkatkan Efisiensi Tata Kelola Pendidikan Kemenkumham

Bagaimanapun, suara lantang masyarakat sipil yang memprotes keterlibatan “Partai Coklat” menunjukkan gerakan ini semakin kuat. Dengan demikian, runtuhnya pengaruh politik Jokowi hanya tinggal menunggu waktu.

Catatan Tambahan

Untuk menjawab tuduhan tidak objektif, saya, Saiful Huda Ems (SHE), ingin menjelaskan bahwa selama 12 tahun, dari 2011 hingga 2023, saya secara konsisten menulis opini politik yang mengangkat hal-hal positif tentang Jokowi. Dari masa ia menjabat sebagai Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, hingga Presiden, saya telah memberikan banyak pandangan positif terhadap kepemimpinannya.

Baca Juga :  Bahlil VS Menteri UMKM Bolehkan Ojol Beli Pertalite tapi Larang Taksi Online ?

Namun, dalam satu tahun terakhir, saya mulai melontarkan kritik tajam terhadap Jokowi karena situasi yang berkembang. Apakah kritik ini membuat saya dianggap tidak objektif? Itu keliru besar. Objektivitas bukanlah soal memuja tanpa henti, melainkan keberanian untuk melihat sesuatu secara jernih, adil, dan proporsional. Menyebut saya tidak objektif hanyalah bentuk ketidakmampuan menyikapi kritik secara dewasa.

Editor : Dwi Wahyudi

Sumber : Saiful Huda Ems (SHE) – Advokat, Jurnalis, Analis Politik, dan Aktivis ’98  

Banner Iklan 1
Banner Iklan Harianesia 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *