Jakarta – Harianesia – Prof. Connie Rahakundini, seorang analis militer dan pertahanan yang kerap menuai kontroversi, namun juga selalu memberikan pencerahan, untuk menambah literasi soal geopolitik di setiap unggahan Instagram Pribadinya ini mengungkapkan bahwa ia telah mengamankan dokumen penting milik Hasto Kristiyanto, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, di Rusia.
Pernyataan ini disampaikannya dalam sebuah video yang beredar luas di media sosial, menambah tensi publik terhadap kasus hukum yang kini menyeret nama besar Hasto.
*Dokumen di Rusia: Klaim dan Spekulasi*
Dalam video tersebut, Connie dengan tegas menyebut bahwa dokumen-dokumen penting milik Hasto telah dinotariskan untuk menjamin keabsahannya.
Ia mengaku mendapatkan dokumen itu beberapa waktu lalu saat kembali ke Indonesia.
“Dokumen-dokumen itu sudah saya amankan di Rusia.
“Jadi, siapa pun yang mencoba mengambil atau mengubahnya, tidak akan mudah,” ujarnya dengan nada penuh keyakinan.
Connie juga menyebut bahwa dokumen-dokumen tersebut bisa menjadi “bom waktu” yang berpotensi mengguncang peta politik Indonesia.
Namun, ia tidak merinci lebih lanjut isi dokumen tersebut, hanya menyatakan bahwa langkah ini diambil sebagai bentuk solidaritasnya terhadap Hasto, yang ia sebut sebagai sahabat.
*Sorotan pada Kasus-Kasus Besar Lain*
Dalam video yang sama, Guru Besar Pengajar Fakultas Ilmu Hubungan Internasiona Di Universitas Negri St.Petersburg Rusia ini menyindir penegakan hukum di Indonesia yang menurutnya masih tebang pilih.
Ia menyinggung sejumlah kasus besar yang hingga kini belum menemui titik terang, seperti dugaan pencucian uang dengan nilai fantastis hingga Rp300 triliun yang melibatkan beberapa tokoh terkenal.
“Kakak beradik itu, anaknya si itu, kasusnya besar banget. Ada juga yang tahun 2021 atau 2022 terkait Airlangga Hartarto dan Moeis.
“Sampai kapan kasus-kasus seperti ini diabaikan?” kata Connie.
Ia juga menyoroti keputusan KPK yang menetapkan Hasto sebagai tersangka pada malam Natal, menyebutnya sebagai langkah yang cukup dramatis.
“Kalau Hasto bisa dipanggil di malam Natal, bagaimana dengan tokoh-tokoh lain? Kita tunggu saja, mungkin malam Tahun Baru nanti giliran mereka masuk KPK,” tambahnya.
*Hasto: Taati Hukum dan Hormati KPK*
Sementara itu, Hasto Kristiyanto akhirnya memberikan pernyataan resmi terkait statusnya sebagai tersangka dalam kasus Harun Masiku.
Dalam video yang dirilis pada 26 Desember 2024, ia menegaskan komitmennya sebagai warga negara yang taat hukum.
Sebagai warga negara, saya menghormati keputusan KPK. PDIP juga menjunjung tinggi supremasi hukum demi tegaknya demokrasi di Indonesia,” ujar Hasto dengan wajah yang tampak tegar.
Hasto juga mengingatkan publik tentang kritik-kritik yang pernah ia sampaikan terhadap berbagai bentuk penyimpangan demokrasi.
Menurutnya, ia sudah menyadari risiko yang harus dihadapinya akibat perjuangan tersebut. “Saya tahu ada risiko besar karena mengkritisi kekuasaan yang otoriter dan kebijakan yang menindas rakyat. Tapi, saya tidak akan mundur,” tegasnya.
*Kejutan Tahun Baru?*
Pernyataan Connie Rahakundini bahwa dokumen-dokumen penting terkait Hasto masih diamankan di Rusia menimbulkan spekulasi baru di kalangan publik. Beberapa pihak menduga bahwa dokumen tersebut bisa menjadi kunci untuk membongkar kasus-kasus besar yang selama ini tertunda.
Dalam unggahannya di platform X (sebelumnya Twitter), akun @WGreborn menulis, “Kita tunggu kedatangan Madam Connie ke Indonesia dengan dokumen pentingnya. Kejutan besar mungkin sedang menanti.”
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa drama politik yang melibatkan Hasto dan nama-nama besar lainnya masih jauh dari kata usai. Apakah langkah hukum yang dilakukan KPK mampu menyentuh figur-figur berpengaruh lainnya? Atau justru akan membuka babak baru dari konflik kepentingan di balik layar?
*Tegangan Politik yang Tak Berkesudahan*
Kasus ini menjadi refleksi betapa peliknya hubungan antara hukum dan politik di Indonesia. Penetapan Hasto sebagai tersangka oleh KPK di tengah desakan publik untuk menuntaskan kasus-kasus besar lainnya menunjukkan bagaimana proses hukum sering kali berjalan di tengah, kadang tebang pilih, hiruk-pikuk kepentingan politik.
Publik kini menantikan perkembangan lebih lanjut, baik dari langkah hukum KPK maupun kemungkinan kejutan yang dibawa oleh Connie dengan dokumen-dokumen yang ia klaim telah diamankan.
Apakah dokumen tersebut benar-benar akan menjadi bom waktu yang mengguncang dunia politik Indonesia? Atau, apakah ini hanya sekadar manuver yang akan berakhir tanpa dampak nyata?
kejutan yang dibawa oleh Connie dengan dokumen-dokumen yang ia klaim telah diamankan. Apakah dokumen tersebut benar-benar akan menjadi bom waktu yang mengguncang dunia politik Indonesia? Atau, apakah ini hanya sekadar manuver yang akan berakhir tanpa dampak nyata?
Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun satu hal yang pasti, drama ini baru saja dimulai.
Kebenaran
Terkadang Masih bisa Disalahkan, Tapi Kebenaran tidak Mungkin Bisa Dikalahkan.
*”Satyam Eva Jayate”*.
Ungkapan “Satyam Eva Jayate” menjadi falsafah simbolis yang diadopsi oleh PDIP dalam perayaan ulang tahunnya yang ke-51.
Falsafah tersebut berasal dari pernyataan para Maharsi (orang bijak) dalam Upanisad, kitab suci agama Hindu.
Secara harfiah, ungkapan “satyam eva jayate” berasal dari naskah India kuno.
Jika diterjemahkan, satyam eva jayate artinya hanya kebenaranlah yang akan menang, bukan kecurangan.
Semboyan satyam eva jayate sebenarnya mengandung makna filosofis.
Hasto Kristiyanto selaku Sekjen PDIP mengatakan bahwa semboyan ini melambangkan sejarah perjalanan PDIP yang kerap diterpa berbagai tantangan.
Menurutnya, satyam eva jayate telah lama menjadi panutan bagi PDIP.
Dalam konferensi pers persiapan peringatan HUT ke-51 PDIP yang lalu, digelar pada Senin (8/1), ia mengatakan,
Satyam Eva Jayate ini bukan hal baru karena ketika kantor partai ini (Kantor DPP PDIP Menteng) berdiri, itu sudah kita tuliskan.
Itu kata mutiara kebijaksanaan dari Raden Wijaya kemudian partai menyerap berbagai nilai-nilai falsafah kebijaksanaan yang tumbuh dari sejarah,” tutur Hasto.
Melalui tema yang diusung ini, PDIP ingin mengedepankan nilai-nilai kebenaran.
Mereka percaya bahwa pada akhirnya kebenaranlah yang akan menang melawan kejahatan.
Dengan mengadopsi semboyan “satyam eva jayate”, PDIP seakan menunjukkan bahwa pihaknya berada di jalan yang benar. Inilah semboyan yang mesti dijunjung tinggi di era kehidupan yang penuh dengan kecurangan.
Editor : Dwi Wahyudi