Jakarta,- Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie melontarkan kritik tajam terhadap posisi dan peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam diskusi publik.
Dalam acara Satu Meja The Forum di Kompas TV, Rabu malam (14/5/2025), Connie menyebut TNI kini cenderung seperti “jago kandang” dan menyalahkan nama institusi sebagai salah satu penyebabnya.
“Sepertinya kalau TNI menjadi jago kandang terus, mungkin karena salah nama, Tentara Nasional Indonesia. Harusnya dia kembali ke dulu, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), sehingga yang dihadapi itu output looking-nya,” ujar Connie.
Ia menilai, dengan nama ABRI, posisi militer Indonesia akan lebih berorientasi keluar (eksternal) dan strategis, terutama dalam menghadapi konflik regional seperti Laut China Selatan, hingga isu domestik yang rawan seperti Papua dan Aceh.
Tak hanya itu, Connie juga menyerukan agar Presiden Prabowo Subianto segera memprofesionalkan militer Indonesia dengan memperjelas batas antara supremasi sipil dan supremasi militer.
“Sebagai negara demokrasi, kita harus membelah antara supremasi sipil dan militer. Itu nomor satu. Artinya tidak mempolitisasi militer,” tegasnya.
Menurut Connie, akhir-akhir ini terlihat banyak intervensi militer dalam ranah sipil. Ia menyinggung keterlibatan TNI dalam institusi penegak hukum seperti kejaksaan hingga program sosial di daerah yang melibatkan militer secara langsung.
“Saya tidak bisa menutup mata, terlalu banyak akhir-akhir ini militer masuk ke dalam ranah sipil. Dari kejaksaan, sampai anak-anak yang dibawa masuk barak di Jawa Barat. Ini bukan soal kegiatan semata, tapi ke mana arah peran militer kita sebenarnya?” ujarnya.
Connie menutup pernyataannya dengan harapan agar pemerintah, khususnya di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, dapat mengembalikan profesionalisme militer sebagaimana prinsip negara demokrasi yang sehat.*