Jakarta – Harianesia – Nama Presiden Pertama Repubik Indonesia, Soekarno, begitu sangat legendaris bagi masyarakat Uzbekistan, sebuah negara di Asia Tengah pecahan Uni Soviet yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
Kepopuleran nama Presiden Soekarno berkaitan dengan kisah ditemukannya makam Imam Bukhari, seorang perawi nabi yang sangat termasyur di kalangan umat Islam.
Tidak banyak yang tahu, Soekarno lah orang yang meminta pemerintah Soviet agar menemukan makam tersebut.
Berkat jasa Soekarno, saat ini kompleks makam Imam Bukhari yang terletak di desa Hartang, sekitar 25 kilometer dari Samarkand, telah menjadi salah satu wisata umat Islam seluruh dunia demikian hal ini sampaikan oleh Prof.Connie Rahakundini Bakrie saat mengunjungi Usbekistan usai mendampingi Presiden RI ke 5 Hj Megawati Soekarnoputri menjadi pembicara di University Of St.Petersburg Rusia Jumat (20/9/2024).
Presiden RI
ke-5 sekaligus Ketua Umum PDI
Perjuangan, Megawati
Soekarnoputri, menjadi pembicara
kunci atau keynote speaker dalam
dialog bersama rektor universitas
se-Rusia, merupakan Ketua Dewan Pengarah
Badan Riset dan Inovasi Nasional
(BRIN) ini bicara soal pengaruh
kecerdasan buatan atau artificial
intelligence (AI) terhadap masa
depan pendidikan tinggi.
Dialog digelar dalam
rangka ulang tahun ke-300 St
Petersburg State University di St
Petersburg, Rusia,
Megawati disambut pimpinan St
Petersburg State University.
Sejumlah peserta dialog terlihat
menyalami Megawati yang berjalan
menuju panggung, mereka juga
mengajak Megawati berfoto
bersama.
Kegiatan ini diikuti rektor dan
akademisi Rusia serta sejumlah
negara lain. Dialog ini berjudul
‘Dialogue of Rectors: How Artificial
Intelligence is Reshaping the
Future of Universities and Higher
Education’.
Megawati juga secara khusus membeberkan pidato Bung Karno ‘To Build A World A New’ untuk menggambarkan pentingnya proses perubahan itu.
Dengan berbagai persoalan geopolitik dan global warming di atas, sudah saatnya kita mencari terobosan dalam kerjasama internasional,” kata Megawati.
Hal itu disampaikan Megawati saat memberikan kuliah umum bertajuk ‘Tantangan Geopolitik dan Pancasila Sebagai Jalan Tata Dunia Baru’ dalam peringatan Hari Ulang Tahun Ke-300 Universitas Saint Petersburg, di Rusia.
Dengan berbagai persoalan geopolitik dan global warming di atas, sudah saatnya kita mencari terobosan dalam kerjasama internasional,” kata Megawati.
Connie yang juga merupakan penggagas Forum Valdai Club yang berbasis di Rusia ini menjelaskan, Kebesaran nama Soekarno tidak hanya dikenal di seluruh penjuru Indonesia, namun menggema di seluruh dunia, dia dikenal sebagai sosok pemimpin berani, tegas, kharismatik, dan tidak mudah diatur oleh bangsa mana pun.
Tidak hanya bagi bangsa Indonesia, kisah kepahlawanan Bung Karno juga dirasakan bagi umat Islam di dunia, salah satunya di Uzbekistan.
Sejarah Soekarno dengan bangsa Uzbekistan dimulai setelah Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Pemerintah Soviet mengundang Presiden Soekarno untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow.
Connie juga mengungkapkan, saat itu, Soekarno sadar, sebagai Presiden Indonesia yang dianggap sebagai pemimpin negara-negara non-blok, harus bersikap netral terhadap Blok Timur maupun Blok Barat ungkapnya.
Lebih lanjut Connie katakan, tapi disisi lain, Soekarno juga menyadari bahwa Indonesia butuh dukungan Soviet untuk melegitimasi eksistensi negara-negara non-blok, dan kesepakatan yang telah dicapai dalam Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Soekarno juga menyadari membutuhkan dukungan Soviet untuk menghadapi berbagai upaya negara-negara Barat yang masih terus berusaha menjajah dan menguasai kembali Indonesia.
Sementara itu, Soekarno mafhum bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalah beragama Islam, sehingga tidak mungkin Indonesia akan ikut Blok Timur yang dipimpin oleh negara Soviet.
Situasi itu yang oleh Soekarno disiasati dengan sangat cerdas dengan mengajukan syarat atas rencananya memenuhi undangan Pemerintah Soviet, kala itu dengan meminta dicarikan/ditemukan makam Imam Bukhari seorang perawi Nabi Muhammad SAW yang amat termasyhur itu. Kata Soekarno kepada Presiden Soviet, “Aku sangat ingin menziarahinya”.
Kedatangan Bung Karno pada tahun 1956, dengan kondisi makam tidak terawat dengan baik dan berada di semak belukar, hingga akhirnya pemerintah Soviet membersihkan dan memugar makam tersebut untuk menyambut kedatangan Soekarno.
Penghormatan Soekarno terhadap Imam Bukhari dilakukannya dengan cara melepas sepatu dan berjalan merangkak dari pintu depan menuju makam ketika turun dari mobil yang mengantarnya.
“Presiden Soekarno merangkak menuju makam lalu memanjatkan doa dan dilanjutkan salat serta membaca Alquran,” kala itu.
Dan atas jasa Presiden Soekarno, kompleks makam Imam Bukhari seluas 10 hektar kini dipugar hingga terlihat sangat megah kata Connie.
Connie berharap hubungan baik antara Uzbekistan dan Indonesia, baik pemerintah Indonesia dengan pemerintah Uzbekistan maupun masyarakat Indonesia dengan masyarakat Uzbekistan yang khususnya mayoritas beragama Islam.
“Hubungan kedua negara dapat ditingkatkan dengan kerja sama kebudayaan dan pariwisata. Salah satunya menjadikan makam Imam Bukhari sebagai destinasi wisata religi masyarakat muslim Indonesia.
Dan sebaliknya, makam-makam tokoh-tokoh yang menyiarkan Islam di Indonesia seperti Wali Songo juga dapat menjadi destinasi wisata religi masyarakat Uzbekistan ke Indonesia selain destinasi wisata lainnya seperti Bali, Pulau Komodo, dan lain lain,” pungkas Connie
Reporter : Dwi Wahyudi