Jakarta – Harianesia – Prof. Connie Rahakundini
Bakrie, selaku inisiator
berbagi gagasan kepada
Harianesa.com, tentang signifikansi dan
visi pembuatan Valdai Club
Moscow-Jakarta, Minggu 21/8/2024.
Menurutnya “Valdai Discussion
Club” berbeda denga CSIS.
Sepanjang pengalamanya di
Valdai Club, Rusia sebagai
tuan rumah memperlakukan
semua pembicara dari seluruh
dunia bebas berpikir, tidak
ada arahan tertentu, egaliter
dan menghargai kedaulatan setiap perwakilan negara
sebagaimana yang di harapkan
Sukarno.
Visinya World View
Multipolar, tidak mengusung
hegemoni baru ungkapnya.
Lebih lanjut Dosen University of St.Petersburg Russia ini menjelaskan, masa depan
dunia tidak hanya di tentukan
oleh blok Barat, tapi di tentukan
oleh banyak polar (region), Asia,
Afrika, Amerika Latin, Rusia,
China, Hindia, Dunia Islam,
Eropa Barat, dan Eropa Timur.
Semua harus di dengarkan.
Sementara CSIS, think thank
yang didesain cenderung
Unipolar dan di arahkan pada penguatan hegemoni Barat.
Conie berharap Valdai Club
Russia-Jakarta membawa
arah positif bagi terbentuknya
kognisi geopolitik masyarakat
Indonesia yang lebih
terbuka, egaliter dan saling
menghormati.
Selain itu, presiden terpilih
Prabowo diharapkan
mampu menangkap dan
mengimplementasikan visi
geopolitik yang lebih rasional,
progresif, dan terbuka terhadap
gagasan-gagasan produk. “softpower” Valdai Club
Russia-Jakarta.
Sejak didirikan Klub Diskusi
Valdai (Valdai Discussion
Club) pada tahun 2004, hingga
2024 sudah memasuki usia
20 tahun.
Berbasis di Russia,
diambil dari nama danau Valdai,
dekat Veliky Novgorod, Russia,
tempat pertemuan pertama
klub tersebut berlangsung.
Sebuah klub diskusi
internasional yang dihadiri
lebih dari 85 negara, mewakili. 1000 perwakilan komunitas
akademis internasional.
Para profesor dari
universitas-universitas dunia
dan lembaga-lembaga pemikir
terkemuka, termasuk Harvard,
Columbia, Georgetown,
Stanford, Universitas Carleton,
Universitas London, Universitas
Kairo, Universitas Teheran,
Universitas Cina Timur,
Universitas Tokyo, Universitas
Tel Aviv, Universitas Messina,
Universitas Johns Hopkins,
Sekolah Ekonomi London,
King’s College London,Sciences PO, dan Sorbonne.
Reporter : D.Wahyudi
