Bandung – Momen euforia kemenangan Persib di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) mendadak berubah menjadi ajang pribadi. Maula Akbar, putra Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, melamar Wakil Bupati Garut Putri Karlina di tengah sorak-sorai suporter.
Lamaran tersebut sontak mengundang reaksi beragam dari publik. Banyak yang mempertanyakan sensitivitas dan etika di balik aksi yang dilakukan di ruang publik yang seharusnya menjadi milik seluruh warga Jawa Barat, bukan panggung eksklusif keluarga pejabat.
Unggahan momen lamaran Maula di akun Instagram-nya bahkan dihujani komentar kritis. Netizen menilai acara itu lebih menyerupai pertunjukan yang sarat pencitraan ketimbang peristiwa pribadi yang penuh kesederhanaan. “Hajat ieu mah hajat,” tulis seorang warganet, menyindir seolah-olah acara tersebut adalah pesta besar milik rakyat.
Di tengah berbagai persoalan serius di Jawa Barat seperti isu perundungan di sekolah, ketimpangan sosial, dan perlambatan ekonomi daerah aksi seperti ini dianggap tidak peka dan berpotensi mencederai rasa keadilan publik.
Pertanyaan yang mengemuka kini: Apakah pantas fasilitas dan suasana milik publik dijadikan panggung selebrasi pribadi keluarga penguasa?