Siaran Pers – Bogor, 9 Juni 2025 – Rencana pembangunan Miniatur Desa Pakuan yang disampaikan oleh Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), dalam perayaan Hari Jadi Bogor ke-543 menuai kritik dari tokoh budaya setempat. M. Agus Panjisusila, budayawan dari Komunitas Antik Puncak, menyebut proyek tersebut berisiko mereduksi makna sejarah dan spiritualitas Pakuan Pajajaran menjadi sekadar destinasi wisata.
“Pakuan adalah jantung dari peradaban Sunda. Bukan sekadar lokasi, tapi roh Bogor Raya yang membentuk jati diri urang Sunda,” ujar Agus dalam keterangannya kepada media.
Ia menilai, pembangunan miniatur ini dikhawatirkan hanya menjadi “bungkus budaya” yang ditunggangi kepentingan komersial. Menurutnya, pelestarian budaya seharusnya tidak berhenti pada aspek estetika, melainkan dijalankan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat.
“Di Bali, budaya bukan diorama, tapi laku hidup. Kita di Bogor pun bisa seperti itu jika ada kemauan politik dan kesadaran kolektif,” tambahnya.
Sebagai langkah konkret, Agus mengusulkan pendekatan dari lingkup paling dasar: mewajibkan pemakaian busana adat Sunda di sekolah, mengintegrasikan ajaran tata krama Sunda dalam kurikulum, serta mendorong layanan publik, hotel, dan restoran mengedepankan nilai-nilai budaya lokal.
Komunitas Antik Puncak sendiri telah lama aktif dalam menghidupkan adat dan kearifan lokal di kawasan Puncak. Agus berharap, setiap kebijakan bertajuk “budaya” melibatkan aspirasi masyarakat adat, bukan sekadar keputusan satu arah.
“Kalau benar-benar ingin membangun kembali Pakuan, mari kita warisi semangatnya, bukan sekadar membangun bentuknya,” tutup Agus.