JAKARTA ,-Hampir dua pekan lalu nama mantan Menteri Perhubungan Budi
Karya Sumadi (BKS) terungkap dalam sidang kasus dugaan korupsi di Direktorat
Jenderal Perkeretaapian (DJKA) yang digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
di Semarang.
Nama BKS disebut dalam sidang yang digelar pada Senin (13/1/2025) lalu.
Dalam
sidang tersebut, terungkap bahwa para pejabat Kementerian Perhubungan
(Kemenhub) diminta mengumpulkan dana untuk mendukung pemenangan Joko
Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019.
Dalam agenda pemeriksaan mantan Direktur Sarana Transportasi Jalan Kemenhub,
Danto Restyawan sebagai saksi disebutkan bahwa Menhub BKS memerintahkan
Direktur Prasarana Kemenhub, Zamrides untuk mengumpulkan uang sekitar Rp5,5
miliar guna keperluan pemenangan Jokowi pada pilpres 2019.
Namun hingga hari ini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga belum
memeriksa BKS, bahkan termasuk Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
Hal
tersebut dianggap sebagai sebuah keanehan oleh Direktur National Maritime
Institute (Namarin) Siswanto Rusdi.
“Ini aneh juga KPK, kok belum periksa (BKS). Padahal jelas-jelas nama BKS disebut-
sebut telah memerintahkan pejabat berwenang untuk cari duit buat pemenangan
Jokowi 2019. Termasuk Jokowi nya juga harus diperiksa,” kata, Sabtu (25/1/2025).
la menilai Kemenhub selama dipimpin BKS banyak meninggalkan catatan kelam,
sehingga wajar jika banyak terjadi dugaan korupsi.
“Prestasi BKS selama menjabat banyak catatan (buruk) di dunia transportasi kita,
baik itu di darat, laut udara.
Harusnya dia sudah dicopot di periode kedua Jokowi,
tapi mungkin karena menyetor waktu Pilpres, akhirnya Jokowi pakai dia lagi karena
berjasa,” ujarnya.
Pengamat maritim yang dikenal kritis ini ingin agar langkah-langkah yang dilakukan
BKS bisa menjadi efek jera bagi siapapun yang menjabat menteri.
“Janganlah program kementerian jadi bancakan untuk politik (Pilpres).
Apalagi
sektor ini menyangkut keselamatan dan hajat hidup orang banyak.
Jadi kita semua
menanti nyali KPK buat periksa BKS dan Jokowi,” pungkasnya.
Editor : D.Wahyudi