Jakarta – Harianesia – Presiden Belarusia Alexander Lukashenko menyampaikan pidato selama Konferensi Internasional Minsk Kedua tentang Keamanan Eurasia di Minsk, Belarusia, dikutip oleh harianesia.com dari English.news.cn (31/10/ 2024).
Konferensi Internasional Minsk Kedua tentang Keamanan Eurasia dimulai pada Kamis, dengan tujuan untuk melakukan diskusi yang jujur dan inklusif tentang topik-topik seperti multi-polarisasi dunia, keamanan di benua Eurasia, dan keamanan ekonomi global.
Pada upacara pembukaan, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan bahwa krisis keamanan telah melanda seluruh dunia dan negara-negara semakin dituntut untuk menggunakan kekuatan militer untuk melindungi kedaulatan mereka dan mencegah meningkatnya ketegangan, seraya menambahkan bahwa memburuknya konflik di Ukraina dan Timur Tengah akan menimbulkan konsekuensi yang tidak dapat diubah lagi secara global.
Lukashenko menyoroti kebutuhan mendesak bagi dunia untuk mengadakan dialog yang jujur dan penilaian yang adil terhadap peristiwa terkini guna menjaga keamanan komprehensif semua negara di bidang militer, politik, ekonomi, informasi, dan bidang lainnya.
Presiden juga mengatakan bahwa inisiatif keamanan yang diajukan oleh para pemimpin sejumlah negara Eurasia, serta Inisiatif Keamanan Global (GSI) Tiongkok dan konsep membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia sangat penting untuk memecahkan masalah saat ini dan membangun mekanisme kerja untuk memastikan keamanan global.
Wakil Perdana Menteri Serbia Aleksandar Vulin menekankan bahwa masalah terbesar di dunia saat ini adalah kurangnya hukum internasional sementara beberapa pemimpin Barat berkomitmen untuk menghancurkan daripada membangunnya.
“Ketika berbicara tentang keamanan Eurasia, penting untuk mempertimbangkan tidak hanya negara-negara dan pemerintah yang secara geografis terletak di benua tertentu tetapi juga orang-orang yang memiliki nilai-nilai yang sama dengan negara-negara tersebut,” kata Vulin, seraya menambahkan bahwa sejauh menyangkut keamanan, dunia harus menunjukkan keberanian dan rasa tanggung jawab untuk mencapai konsensus baru jika peradaban manusia ingin memiliki jalan keluar.
Prof.Connie Rahakundini Bakrie, Pengamat Militer, Keamanan serta Intelijen yang juga Dosen Pengajar di Universitas Negri St.Petersburg Rusia, dalam tulisan yang diunggah melalui akun IG nya, memandang Konferensi
Internasional Minsk tentang
Keamanan Eurasia.
“Bahwa Sudut
pandangnya mengatakan
Sekutu
Rusia-Belarus-Tiongkok mewakili kekuatan yang
tangguh untuk stabilitas
regional dan keseimbangan
kekuatan global.
Menurutnya Melalui gabungan
kemampuan militer, teknologi
canggih, dan posisi strategis,
ketiga negara ini
menghadirkan front yang
kohesif dan tangguh yang
akan mampu menantang
dominasi Barat
Hubungan yang mendalam.
dengan wilayah lain di Asia
membentuk kembali
dinamika strategis kawasan
dan sekitarnya pungkas Connie.
Sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan tren utama di dunia saat ini adalah terbentuknya tatanan dunia multipolar, proses alamiah yang tidak dapat diubah kembali yang terkait dengan perubahan objektif dalam keseimbangan dunia, pertumbuhan ekonomi, dan menguatnya pengaruh pusat-pusat baru non-Barat.
Tren ini mempromosikan demokratisasi hubungan internasional, di mana tidak boleh ada hegemoni siapa pun dan di mana prinsip-prinsip Piagam PBB harus dipatuhi secara komprehensif dan tidak selektif, Lavrov mencatat, seraya menambahkan bahwa visi Rusia tentang keamanan Eurasia sesuai dengan GSI.
Konferensi dua hari, yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Belarusia, menarik hampir 600 pejabat dan pakar dari lebih dari 40 negara dan wilayah.
Wakil Perdana Menteri Serbia Aleksandar Vulin menyampaikan pidato selama Konferensi Internasional Minsk Kedua tentang Keamanan Eurasia di Minsk, Belarus, 31 Oktober 2024. Konferensi Internasional Minsk Kedua tentang Keamanan Eurasia dimulai pada hari Kamis, dengan tujuan untuk melakukan diskusi yang jujur dan inklusif tentang topik-topik seperti multipolarisasi dunia, keamanan di benua Eurasia, dan keamanan ekonomi global.
Editor : Dwi Wahyudi