Bogor, 6 Desember 2024 – Harianesia – Aksi kemanusiaan yang menginspirasi dilakukan oleh seorang pengemudi ambulans. Tanpa memungut biaya sepeser pun, ia membantu seorang ibu rumah tangga bernama Tuniah (52), warga Desa Cimanggu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, yang menderita tumor ganas pada payudara. Pengemudi ambulans tersebut mengantarkan Tuniah ke kampung halamannya di Kebumen, Jawa Tengah, agar dapat dirawat oleh keluarga besarnya.
Kisah ini bermula dari keprihatinan anak Tuniah, Syarul, yang mengaku kesulitan membiayai pengobatan ibunya. “Kami sudah mencoba berbagai cara, baik berobat ke rumah sakit maupun pengobatan alternatif, tetapi kondisi ibu tidak membaik,” ujar Syarul.
Menurut Nur Latifah, Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Desa Cimanggu, keluarga memutuskan untuk membawa Tuniah ke Kebumen karena keterbatasan dana untuk pengobatan lanjutan. Namun, keterbatasan transportasi menjadi kendala utama hingga akhirnya bantuan datang dari para relawan.
Relawan dan Pengemudi Ambulans Bergerak Cepat
Upaya membantu Tuniah dimulai ketika salah satu relawan, Tando, membagikan foto dan cerita kondisi Tuniah di grup relawan. Tak butuh waktu lama, seorang pengemudi ambulans bernama Herman, yang tergabung dalam grup Team Respon Ambulance (TRA), merespons dengan cepat.
Herman mengaku langsung tergerak setelah membaca pesan tersebut. “Saat melihat permintaan bantuan di grup, saya merasa harus membantu. Meski tidak kenal dengan pasien, saya memutuskan untuk berangkat,” ujar Herman.
Herman memulai perjalanan dari Tangerang menuju Bogor pada pukul 01.00 dini hari untuk menjemput Tuniah. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Kebumen tanpa memungut biaya apa pun. “Kami hanya ingin membantu sesama. Melihat pasien sampai dengan selamat adalah kebahagiaan tersendiri,” tambahnya.
Aksi Kemanusiaan yang Menginspirasi
Kisah pengemudi ambulans ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Keberanian dan dedikasi Herman serta relawan lainnya menunjukkan bahwa semangat kemanusiaan masih hidup di tengah masyarakat.
Bagi keluarga Tuniah, bantuan ini menjadi anugerah tak ternilai. “Kami sangat berterima kasih kepada para relawan dan pengemudi ambulans yang membantu kami. Tanpa mereka, kami mungkin tidak bisa membawa ibu ke Kebumen,” ujar Syarul.
Kisah ini menjadi pengingat akan pentingnya solidaritas dan empati terhadap sesama, terutama di saat-saat sulit. Pengemudi ambulans ini telah membuktikan bahwa kemanusiaan tidak mengenal batas.
Editor : Herman