
“Kalau mau ketemu silakan. Kalau nggak mau ya saya nggak maksa.”
Namun hingga berita ini diturunkan, tidak ada klarifikasi lanjutan. Pesan lanjutan dari wartawan pada 10 dan 12 Mei pun diabaikan.
Sikap diam ini memicu kritik keras. Aktivis dan jurnalis menilai lurah tidak punya itikad baik menjawab kepentingan publik.
“Dia pejabat publik, bukan bos. Bungkam saat dikritik adalah bentuk pembangkangan terhadap tanggung jawab moral dan administratif,” tegas seorang aktivis.
Ketika transparansi dituntut, justru sikap tertutup yang ditunjukkan. Publik kini bertanya: Lurah Tugu menghindar karena tidak tahu, tidak bisa, atau tidak mau? (Tim)